Nge-Blog Upaya Mengurangi Trauma Kejiwaan Siswa


Pada awal semester satu tahun ajaran 2009-2010, seperti biasa setelah selesai masa liburan saya kembali melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar. Pada saat masuk ke dalam kelas XI ada sesuatu yang berbeda pada Udin, saya bisa merasakan suasana hatinya yang tidak nyaman karena selama ini Udin penuh semangat setiap kali kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam hati saya bertanya-tanya, ada apa sebenarnya?
Pada akhir pembelajaran baru saya tegur, “Ada apa?”
“Kecewa pada nilai raport saya.”, jawabnya tanpa semangat.
“Nilai Fisika dan IPA?”
“Bukan!”
“Kapan-kapan kita bahas permasalahan ini. Jangan kotori kelasmu dengan aura kekesalan yang terpancar dari tubuhmu. Kacau. “
“Baik bu”. Jawabnya, saya melihat ada sedikit berkurang mendung di wajahnya.
Tanpa terasa seminggu telah berlalu. Kembali saya masuk ke kelas XI. Mendung di wajah Udin sudah semakin banyak berkurang. Saya senang sekali. Proses belajar mengajar kali ini membahagiakan sekali. Waktu dua jam terasa cepat berlalu.
Pada saat keluar ruang kelas. Tiba-tiba Udin titip pesan ke saya.
“Jika ada waktu buka blog saya. Ibu akan mengetahui permasalahan saya beberapa minggu kemarin. Janji ”.
“Pasti . ya …. ya ibu janji!”.
Siang itu juga saya buka blog Udin. Akhirnya terjawab sudah semua permasalahannya. Saya baca curhanya. Blognyapun juga banyak perubahan. Semakin enjoy dan kerasan saja membaca posting-postingannya.
Ternyata Udin kecewa pada salah satu guru yang member nilai 7 di raportnya pada salah satu bisang study pavoritnya. Sejak kelas satu SD dia tidak pernah mendapatkan nilai 7 pada bidang studi tersebut karena dia merasa bisa dan mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan guru padanya. Selama ini dia selalu mendapat nilai minimum 8 di raport.
Pada akhir semester 2 tahun ajaran 2008-2009 guru pengajar sebenarnya pensiun kemudian ditugaskan guru lain sebagai pengganti . Beliau hanya mengajar selama satu bulan tanpa ditinggali data nilai siswa sebelumnya oleh guru yang sudah purna. Sehingga peristiwa ini terjadi. Udin hanya mendapatkan nilai 7. Hal ini menimbulkan trauma kejiwaan. Pada diri Udin.
Sebenarnya ada Udin-Udin yang lain. Beberapa mampu membangun blog dan menuliskan apa saja yang menjadi permasalahannya selama ini. Sehingga mampu melonggarkan perasaannya. Dengan menuliskan perasaanya di dalam blog dan dikomentari beberapa orang yang dia harapkan mampu mengurangi trauma kejiwaan siswa, karena merasa ada yang memperhatikannya.
“Terima kasih bu”. Saya hanya tersenyum membaca sms dari Udin di Hp saya.
“Sama-sama”, balas saya.
“Terima kasih, sudah disarankan ngeblog. Semoga hidup ibu penuh makna. Amin”, kembali Udin membalas.
“ Terima kasih doanya”, jawab saya dengan penuh rasa haru.
Tanpa disadari Udin telah memberi pembelajaran baru padaku. Saat ini Udin mampu membangun blognya, menuliskan dan menceritakan semua kegiatan yang dilakukannya. Saya mengamati kejiwaan Udin semakin stabil. Ternyata ngeblog mampu mengurangi trauma kejiwaan siswa.
Saat ini setiap kali ada siswa bermasalah dan punya keinginan menyelesaikan permasalahnya salah satu upaya yang saya lakukan. Menyarankan menulis curhatnya di blog. Sehingga saya bisa membaca, memahami permasalahannya dan membantu mencari solusinya bersama-sama.